Saya berhenti

Saya berhenti.
Saya baru saja mengalami peristiwa (agak) besar dalam hidup. I'm not sure where to begin, but let me try to explain.

Saat lagi bahagia-bahagianya mengajar, saya dihadapkan dengan sesuatu yang sebenarnya hanya sederhana, tetapi sungguh menguji prinsip saya.

-Jumat, 27 Oktober 2017-
Pagi itu di sekolah sedang ada perayaan agama (yg bukan agama saya). Sebagai wali kelas, saya diminta untuk mendampingi anak, mengingat anak SD lasak-lasak tho. Mendampingi disini artinya saya duduk dekat anak, saya berada di ruangan tempat perayaan berlangsung, yg otomatis membuat saya mendengarkan & menyaksikan langsung perayaan tersebut.

Maka sebelum acara berlangsung, saya meminta izin tidak bisa ikut mendampingi anak dan merayakan acara tersebut ke atasan saya. daaaan gempar sodara-sodaraaa.

Saya masih ingat sekali bagaimana ekspresi marahnya beliau kepada saya.
Saya masih ingat sekali bagaimana deg-degan nya saya menghadapi beliau yang suaranya cukup tinggi saat itu.
dan saya juga masih ingat sekali saat saya meninggalkan ruangan karena tetap keberatan untuk bergabung di acara tersebut.

Mungkin agak sensitif jika saya menyinggung masalah agama disini. Tapi saya rasa ini perlu.

Ayah saya bilang, banyak orang-orang takut untuk melakukan hal yang benar, dan saya sungguh berterima kasih karena ayah selalu dukung apapun keputusan saya. Yap. saya mengundurkan diri.

Share: